Media Hidup Cacing Tanah
Untuk lebih praktisnya residu organik, termasuk limbah tanaman dan pupuk kandang paling banyak yang dapat digunakan sebagi media hidup. Kotoran sapi dan kerbau dianggap bahan baku media hidup cacing tanah yang paling ideal. Beberapa pembudidaya lebih banyak memilih menggunakan sisa media tumbuhnya jamur (log jamur) sebagai media hidup cacing tanah. Karena disamping tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, juga tidak diperlukan waktu untuk menfermentasi media hidup cacing tanah supaya siap langsung digunakan. Mengapa demikian, karena media tumbuhnya jamur ini dinilai tingkat keasaman sudah mencapai nol (yaitu kisaran 6.8 – 7.2). Tetapi kendalanya adalah sulitnya bahan tersebut untuk didapatkan.
Media hidup cacing tanah harus dipertahankan tingkat kelembabannya, usahakan media tetap longgar dan tidak menggumpal atau mengeras, serta tidak mengandung banyak protein atau senyawa nitrogen organik. Senyawa ini akan cepat rusak dengan pelepasan amonia, dan ini untuk sementara dapat meningkatkan pH media hidup cacing tanah yaitu bisa mencapai kisaran angka 8 atau bahkan lebih tinggi, yang tidak baik untuk cacing tanah.
Media hidup cacing tanah akan mudah memanas jika substansial belum membusuk atau jika mengandung karbohidrat dalam jumlah berlebihan. Dalam kondisi ini dapat menyebabkan cacing tanah mati. Oleh karena itu, jenis bahan harus dikomposkan atau di fermentasikan terlebih dahulu. EM4 (Effective Mikroorganism 4) dapat ditambahkan jika diperlukan dalam pengomposan atau fermentasi, karena EM4 ini mengandung 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. Melembabkan tumpukan dan mengaduk-aduk media hidup cacing tanah secara berkala berfungsi untuk meningkatkan aerasi serta bertujuan untuk menggabungkan media yang berada di tepi dan bawah ke tengah tumpukan. Setelah tahap pengomposan atau fermentasi dirasa cukup yaitu antara 2 sampai 3 minggu, media hidup cacing tanah dapat ditempatkan di wadah pemeliharaan hingga kedalaman 25 sampai 30 cm. Setelah itu cacing tanah siap ditambahkan. Untuk menjaga media hidup cacing tanah tetap lembab tetapi tidak basah atau becek, kita dan mengaduk-aduknya sekali setiap 2 atau 3 minggu untuk menjaganya tetap longgar dan aerasi. Media hidup cacing tanah harus diganti setiap 4 sampai 6 bulan dengan mengambil tumpukan media hidup cacing tanah diketinggian 10 sampai 15 cm diatas dimana sebagaian besar cacing tanah berada dan kembalikan kembali cacing tanah yang ikut terbawa ditumpukan tersebut. Kemudian pisahkan tumpukan yang sudah lama yang sudah dikonversi menjadi kascing, dan tumpukan itu dapat digunakan untuk keperluan lainnya seperti halnya di jadikan sebagai pupuk. Isi kembali wadah pemeliharaan dengan media hidup yang baru, dan lanjutkan untuk memberikan pakan.
Makanan Untuk Cacing Tanah
Cacing tanah akan mengkonsumsi pupuk kandang, kompos, sisa makanan, kardus yang diparut atau cincang, kertas yang dijadikan bubur, bahkan hampir semua bahan organik yang membusuk atau produk limbah bisa dijadikan bahan makan pembudidaya cacing tanah. Kotoran sapi, kerbau, kelinci, atau pupuk kompos adalah makanan terbaik. Kotoran unggas tidak dianjurkan karena terlalu tinggi akan nitrogen dan mineral. Jika makanan yang rendah nutrisi, mereka harus dilengkapi dengan protein tinggi atau bahan nitrogen seperti biji-bijian. Makanan mengandung jumlah residu tinggi karbohidrat atau kayu harus dikomposkan melalui tahap fermentasi. Pakan dan suplemen dapat diterapkan langsung atau dicampur dengan 20 sampai 30 persen kotoran ternak sapi atau kerbau serbuk gergaji kayu randu atau kelapa kemudian disebarkan didalam wadah pemeliharaan cacing tanah kurang lebih dengan kedalaman 15-20 cm.
Bila menggunakan pupuk kandang sebagai bahan baku atau tempat tidur, kita selalu diharapkan mengujinya terlebih dahulu dengan penyesuaian cacing tanah. Hal yang sama berlaku untuk setiap bahan organik yang bersangkutan. Tempatkan bahan dalam sebuah wadah bersama dengan sekitar beberapa cacing dan mengamati perilaku mereka selama 12 sampai 24 jam. Jika cacing mengkonsumsi materi, tidak apa-apa, tetapi jika mereka merangkak pergi atau mati, itu berarti tidak cocok. Pengomposan bahan dapat memecahkan masalah. Terus bereksperimen dengan substansi sampai memutuskan apakah harus diberikan ke cacing tanah.
Memeberi pakan cacing harus secara teratur, sekali atau dua kali seminggu. Mengatur jadwal makan dan jumlah pakan sesuai dengan tingkat konsumsi makan terakhir dan kondisi cacing dan tempat tidur. Ketika sebagian besar pakan telah dikonsumsi, sekarang saatnya untuk memberi makan lagi. Jika pakan terlalu banyak ditambahkan, media cacing tanah bisa panas atau menjadi anaerobik (tanpa oksigen) atau terlalu asam. Menambahkan karbonat kalsium dan pencampuran pada media hidup cacing tanah dapat mengatasi masalah ini. Jika cacing tidak mengalami pertumbuhan menjadi lebih besar atau menghasilkan keturunan, menambahkan makanan yang mengandung protein tinggi sangat dibutuhkan.
Selama 24 jam, kebutuhan pakan cacing tanah sama dengan bobot tubuhnya. Pemberian pakan sangat penting untuk laju reproduksi dan ukuran tubuh cacing tanah. Pada perencanaan bisnis ini, pemberian pakan yang digunakan bisa berupa limbah rumah tangga, limbah industri kertas, atau di tempat pembuangan akhir perkotaan. Dalam pemberian pakan pun perlu diberikan beberapa metode. Metode pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :
- Pakan ditebarkan tipis pada permukaan media, kemudian diaduk sampai merata, dan tebarkan tipis merata kembali tanpa diaduk. Jumlah pakan pada hari pertama dan kedua yaitu sebanyak 2 kg untuk 1 kg cacing tanah.
- Hari ketiga dapat digunakan pakan tambahan yang kaya protein, seperti dedak.
- Hari-hari berikutnya dilakukan penggantian pakan setiap 3 hari sekali sampai hari ke 15. Pada hari ke 16, ulangi pemberian pakan seperti hari pertama. Metode pemberian pakan seperti ini harus dipertahankan dengan tujuan agar pergantian media dapat berjalan secara teratur selang 16 hari, agar aerasinya baik.
0 comments:
Post a Comment