PERSIAPAN BUDIDAYA CACING TANAH (Bagian 3)

Pengadaan Dan Memilih Bibit Cacing Tanah
Pemilihan bibit cacing yang akan dibudidayakan harus disesuaikan dengan pelanggan atau konsumen yang kita tujukan. Untuk masalah bibit cacing tanah ini kita bisa memperolehnya dari pembudidaya cacing tanah yang sudah berhasil atau dari Asosiasi Kultur Vermi Indonesia (AKVI) dan Pusat Inkubator Bisnis Ikopin (PIBI). Dalam pemilihan bibit cacing tanah yang baik adalah cacing tanah pada kondisi stadium dewasa, yaitu berumur 1,5 – 2 bulan dan memiliki klitelium (gelang/cincin) sebagai tanda siap melakukan perkawinan (kopulasi). Bibit cacing tanah dewasa atau disebut cacing induk akan cepat berproduksi atau bertelur dan menghasilkan anak dalam waktu satu bulan atau lebih.
Setelah pemilihan bibit atau calon induk cacing tanah sudah didapatkan segera disebar dalam wadah pemeliharaan yang telah diisi media. Perbandingan jumlah cacing dengan volume media yaitu 4 kg : 1 kg. Ketebalan media dipertahankan setebal 15 cm – 25 cm, agar penanganannya relatif mudah. Tata cara penebaran bibit atau induk cacing tanah adalah sebagai berikut :
  1. Letakkan beberapa bibit cacing tanah pada media dalam wadah, amati perilakunya. Jika cacing tanah tersebut masuk ke dalam media, maka segera sebarkan bibit cacing tanah yang lain.
  2. Amati perilaku cacing tanah tersebut setiap 2 jam sekali selama 12 jam, jika tidak ada cacing yang keluar dari media atau kabur, maka media tersebut telah cocok sebagai tempat hidupnya.
  3. Perilaku cacing tanah yang berkeliaran di atas media atau kabur, menunjukkan ketidakcocokan antara cacing tanah dengan media tersebut. perbaikannya adalah dengan menyiramkan air secukupnya pada media tersebut, lalu diperas sampai air perasannya tampak bening. Media yang telah diperbaiki dapat kembali digunakan untuk budidaya. Media yang baru juga dapat digunakan untuk mengganti media yang tidak cocok tadi.


Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan pada produksi cacing tanah yang mencakup perawatan media, pemberian pakan, pengendalian hama, dan penggantian media (tempat hidup cacing tanah). Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan yang merupakan rangkaian kegiatan pemeliharaan pada budidaya cacing tanah:

a. Perawatan media
Perawatan media penting dilakukan untuk menjaga kondisi media agar selalu cocok untuk cacing tanah tumbuh dan berkembang. Perawatan dilakukan dengan cara mengaduk media secara rutin pada waktu tertentu, khususnya pada saat media tampak kering atau terlalu basah. Pengadukan bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara dalam media agar tetap terjaga. Media yang kering harus segera dibasahkan dengan cara disemprot, sedangkan media yang terlalu basah harus disegera ditambah media baru yang kering.

b. Pemberian pakan
Selama 24 jam, kebutuhan pakan cacing tanah sama dengan bobot tubuhnya. Pemberian pakan sangat penting untuk laju reproduksi dan ukuran tubuh cacing tanah. Pada perencanaan budidaya ini, pakan yang digunakan adalah 100% bahan organic seperti ampas tahu dan sayur-sayuran yang sudah membusuk. Metode pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Pakan ditebarkan tipis pada permukaan media, kemudian diaduk sampai merata, dan tebarkan tipis merata kembali tanpa diaduk. Jumlah pakan pada hari pertama dan kedua yaitu sebanyak 2 kg untuk 1 kg cacing tanah.
  2. Hari ketiga dapat digunakan pakan tambahan yang kaya protein, seperti dedak.
  3. Hari-hari berikutnya dilakukan penggantian pakan setiap 3 hari sekali sampai hari ke 15. Pada hari ke 16, ulangi pemberian pakan seperti hari pertama. Metode pemberian pakan seperti ini harus dipertahankan dengan tujuan agar pergantian media dapat berjalan secara teratur selang 16 hari, agar aerasinya baik.


c. Pengendalian hama
Hama yang umumnya menyerang cacing tanah merupakan hama pemangsa dan pesaing dalam konsumsi pakan. Hama yang sering menyerang antara lain tikus, kaki seribu, orong-orong, katak darat, kelabang, kecoa, semut, itik, ayam, burung, ular, dan kadal. Cara untuk menanganinya yaitu dengan menangkap dan membunuh hama, atau dengan membuat dan menjaga kondisi lingkungan pemeliharaan yang rapi dan melakukan kontrol secara kontinyu agar unit perkandangan tidak menjadi sarang hama.

d. Pergantian media
Media cacing tanah sudah harus diganti apabila semua media sudah menjadi tanah atau kascing, atau terdapat banyak telur atau kokon pada media. Pergantian media dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali atau 2 bulan sekali. Mula-mula media diangkat dari wadah pemeliharaan, kemudian diganti dengan media yang baru. Sesudah pergantian media, wadah dapat segera disebari bibit cacing tanah kembali.

Pemanenan
Panen cacing tanah dewasa dapat dilakukan setelah berumur 3 – 4 bulan, baik sebagai produk cacing tanah bahan olahan industri pakan maupun calon induk (bibit). Panen cacing tanah berikutnya dapat dilakukan secara periodik 1 – 2 minggu sekali, tergantung permintaan atau pesanan pasar dan ketersediaan berbagai stadium cacing tanah.
Ciri-ciri cacing tanah yang sudah saatnya untuk dipanen adalah sebagai berikut :

a. Cacing telah berumur 2,5 – 3 bulan atau lebih, tergantung pada tujuan penggunaannya. Misalnya, untuk memproduksi biomas cacing dapat dipanen pada umur 2,5 – 3 bulan. Sedangkan untuk bakal bibit atau calon induk dapat dipanen setelah berumur 4 bulan.

b. Cacing telah memiliki klitelum atau gelang atau cincin yang terletak di antara anterior dan posterior. 

Panen cacing tanah dapat dilakukan 2 – 3 bulan setelah pembibitan berlangsung, baik dipanen untuk keperluan agroindustri maupun untuk calon induk. Panen cacing tanah berikutnya dapat dilakukan secara periodik setiap 1 – 2 minggu sekali. Sedangkan panen kascing dapat dilakukan setiap 1 – 2 hari sekali bersamaan dengan pemberian pakan. Usaha budidaya cacing tanah ini menghasilkan dua macam produk, yaitu cacing tanah itu sendiri dan kascing. Kedua macam produk tersebut harus dikemas dalam wadah tersendiri. Berikut cara panen cacing tanah sederhana, meliputi beberapa tahap berikut ini :

  1. Ambil wadah pemeliharaan cacing tanah dari kandang.
  2. Siapkan lembaran terpal dan ember plastik.
  3. Ambil kascing dari wadah pemeliharaan sedikit demi sedikit mulai dari permukaan atas menuju ke bagian bawah, lalu tampung dalam ember plastik.
  4. Aduk-aduk kascing atau media yang ada dalam wadah pemeliharaan, kemudian dibiarkan beberapa menit atau gunakan alat penerang (lampu) agar cacing tanah segera masuk ke dalam media (kascing) dan berkumpul di bawah.
  5. Ambil lagi kascing atau media dalam wadah pemeliharaan hingga tersisa sedikit bersama cacing tanah.
  6. Pisahkan kumpulan cacing tanah dari kascing yang tersisa, lalu tampung dalam wadah penampungan hasil panen masing-masing.

PERSIAPAN BUDIDAYA CACING TANAH (Bagian 2)

Media Hidup Cacing Tanah
Untuk lebih praktisnya residu organik, termasuk limbah tanaman dan pupuk kandang paling banyak yang dapat digunakan sebagi media hidup. Kotoran sapi dan kerbau dianggap bahan baku media hidup cacing tanah yang paling ideal. Beberapa pembudidaya lebih banyak memilih menggunakan sisa media tumbuhnya jamur (log jamur) sebagai media hidup cacing tanah. Karena disamping tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, juga tidak diperlukan waktu untuk menfermentasi media hidup cacing tanah supaya siap langsung digunakan. Mengapa demikian, karena media tumbuhnya jamur ini dinilai tingkat keasaman sudah mencapai nol (yaitu kisaran 6.8 – 7.2). Tetapi kendalanya adalah sulitnya bahan tersebut untuk didapatkan.
Media hidup cacing tanah harus dipertahankan tingkat kelembabannya, usahakan media tetap longgar dan tidak menggumpal atau mengeras, serta tidak mengandung banyak protein atau senyawa nitrogen organik. Senyawa ini akan cepat rusak dengan pelepasan amonia, dan ini untuk sementara dapat meningkatkan pH media hidup cacing tanah yaitu bisa mencapai kisaran angka 8 atau bahkan lebih tinggi, yang tidak baik untuk cacing tanah.
Media hidup cacing tanah akan mudah memanas jika substansial belum membusuk atau jika mengandung karbohidrat dalam jumlah berlebihan. Dalam kondisi ini dapat menyebabkan cacing tanah mati. Oleh karena itu, jenis bahan harus dikomposkan atau di fermentasikan terlebih dahulu. EM4 (Effective Mikroorganism 4) dapat ditambahkan jika diperlukan dalam pengomposan atau fermentasi, karena EM4 ini mengandung 95% lactobacillus yang berfungsi menguraikan bahan organik tanpa menimbulkan panas tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja dengan kekuatan enzim. Melembabkan tumpukan dan mengaduk-aduk media hidup cacing tanah secara berkala berfungsi untuk meningkatkan aerasi serta bertujuan untuk menggabungkan media yang berada di tepi dan bawah ke tengah tumpukan. Setelah tahap pengomposan atau fermentasi dirasa cukup yaitu antara 2 sampai 3 minggu, media hidup cacing tanah dapat ditempatkan di wadah pemeliharaan hingga kedalaman 25 sampai 30 cm. Setelah itu cacing tanah siap ditambahkan. Untuk menjaga media hidup cacing tanah tetap lembab tetapi tidak basah atau becek, kita dan mengaduk-aduknya sekali setiap 2 atau 3 minggu untuk menjaganya tetap longgar dan aerasi. Media hidup cacing tanah harus diganti setiap 4 sampai 6 bulan dengan mengambil tumpukan media hidup cacing tanah diketinggian 10 sampai 15 cm diatas dimana sebagaian besar cacing tanah berada dan kembalikan kembali cacing tanah yang ikut terbawa ditumpukan tersebut. Kemudian pisahkan tumpukan yang sudah lama yang sudah dikonversi menjadi kascing, dan tumpukan itu dapat digunakan untuk keperluan lainnya seperti halnya di jadikan sebagai pupuk. Isi kembali wadah pemeliharaan dengan media hidup yang baru,  dan lanjutkan untuk memberikan pakan.

Makanan Untuk Cacing Tanah
Cacing tanah akan mengkonsumsi pupuk kandang, kompos, sisa makanan, kardus yang diparut atau cincang, kertas yang dijadikan bubur, bahkan hampir semua bahan organik yang membusuk atau produk limbah bisa dijadikan bahan makan pembudidaya cacing tanah. Kotoran sapi, kerbau, kelinci, atau pupuk kompos adalah makanan terbaik. Kotoran unggas tidak dianjurkan karena terlalu tinggi akan nitrogen dan mineral. Jika makanan yang rendah nutrisi, mereka harus dilengkapi dengan protein tinggi atau bahan nitrogen seperti biji-bijian. Makanan mengandung jumlah residu tinggi karbohidrat atau kayu harus dikomposkan melalui tahap fermentasi. Pakan dan suplemen dapat diterapkan langsung atau dicampur dengan 20 sampai 30 persen kotoran ternak sapi atau kerbau serbuk gergaji kayu randu atau kelapa kemudian disebarkan didalam wadah pemeliharaan cacing tanah kurang lebih dengan kedalaman 15-20 cm.
Bila menggunakan pupuk kandang sebagai bahan baku atau tempat tidur, kita selalu diharapkan mengujinya terlebih dahulu dengan penyesuaian cacing tanah. Hal yang sama berlaku untuk setiap bahan organik yang bersangkutan. Tempatkan bahan dalam sebuah wadah bersama dengan sekitar beberapa cacing dan mengamati perilaku mereka selama 12 sampai 24 jam. Jika cacing mengkonsumsi materi, tidak apa-apa, tetapi jika mereka merangkak pergi atau mati, itu berarti tidak cocok. Pengomposan bahan dapat memecahkan masalah. Terus bereksperimen dengan substansi sampai memutuskan apakah harus diberikan ke cacing tanah.
Memeberi pakan cacing harus secara teratur, sekali atau dua kali seminggu. Mengatur jadwal makan dan jumlah pakan sesuai dengan tingkat konsumsi makan terakhir dan kondisi cacing dan tempat tidur. Ketika sebagian besar pakan telah dikonsumsi, sekarang saatnya untuk memberi makan lagi. Jika pakan terlalu banyak ditambahkan, media cacing tanah bisa panas atau menjadi anaerobik (tanpa oksigen) atau terlalu asam. Menambahkan karbonat kalsium dan pencampuran pada media hidup cacing tanah dapat mengatasi masalah ini. Jika cacing tidak mengalami pertumbuhan menjadi lebih besar atau menghasilkan keturunan, menambahkan makanan yang mengandung protein tinggi sangat dibutuhkan. 
Selama 24 jam, kebutuhan pakan cacing tanah sama dengan bobot tubuhnya. Pemberian pakan sangat penting untuk laju reproduksi dan ukuran tubuh cacing tanah. Pada perencanaan bisnis ini, pemberian pakan yang digunakan bisa berupa limbah rumah tangga, limbah industri kertas, atau di tempat pembuangan akhir perkotaan. Dalam pemberian pakan pun perlu diberikan beberapa metode. Metode pemberian pakan dapat dilakukan sebagai berikut :
  1. Pakan ditebarkan tipis pada permukaan media, kemudian diaduk sampai merata, dan tebarkan tipis merata kembali tanpa diaduk. Jumlah pakan pada hari pertama dan kedua yaitu sebanyak 2 kg untuk 1 kg cacing tanah.
  2. Hari ketiga dapat digunakan pakan tambahan yang kaya protein, seperti dedak.
  3. Hari-hari berikutnya dilakukan penggantian pakan setiap 3 hari sekali sampai hari ke 15. Pada hari ke 16, ulangi pemberian pakan seperti hari pertama. Metode pemberian pakan seperti ini harus dipertahankan dengan tujuan agar pergantian media dapat berjalan secara teratur selang 16 hari, agar aerasinya baik.


PERSIAPAN BUDIDAYA CACING TANAH (Bagian 1)

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat membudidayakan cacing tanah, yaitu pembuatan kandang pertumbuhan cacing tanah, pembuatan wadah pemeliharaan cacing, pembuatan media, persiapan bibit, penebaran, dan pemeliharaan. Setelah kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan, maka dapat dilakukan kegiatan panen, kemudian pascapanen, dan akhirnya dipasarkan.




Kandang pelindung
Pertumbuhan cacing tanah sangat berhubungan sekali dengan sistem budidayanya, karena kesuksesan merupakan cara yang perlu diversifikasikan. Meningkatkan jumlah cacing tanah dalam media hidup dan kemudian meningkatkan nutrisi kascing guna melengkapi siklus hara. Banyak peternak sapi maupun kerbau mengembangkan penghasilan kedua dari penjualan cacing tanah dengan berbudidaya cacing tanah dekat dengan kandang sapi maupun kerbau di mana kotoran dari sapi maupun kerbau secara langsung akan diberikan kepada cacing tanah untuk dijadikan sebagai bahan pakannya sekaligus media yang baru bagi mereka.
Untuk memilih kandang pelindung guna budidaya cacing tanah sangat perlu diperhatikan, di dalam ruangan atau di luar ruangan, ini tergantung pada iklim, jenis sistem yang akan digunakan, keuangan yang tersedia, dan tujuan untuk budidaya cacing tanah. Seperti disebutkan sebelumnya, cacing tanah kebanyakan dapat mentolerir suhu antara 15° sampai 21° C. Semakin dekat dengan suhu cukup ekstrim, cacing tanah  tidak mau makan terhadap makanan yang kita sediakan dan bereproduksi. Untuk memaksimalkan produksi cacing tanah, suhu harus tetap dipertahankan antara 15° dan 21° C. Untuk mencapai tingkat ini mungkin memerlukan menyediakan semacam penampungan atau isolasi yang dapat menahan panas di musim hujan dan mendinginkan media selama dimusim kemarau.
Jika wadah pemeliharaan diletakkan di luar ruangan yang perlu diperhatikan adalah tempat yang teduh biasanya dibawah pohon atau di bawah atap gedung yang terbuka. Wadah pemeliharaan yang diletakkan dalam ruangan harus ditempatkan di mana ada drainase dan ventilasi yang memadai.
Pastikan air dan listrik yang dipasok kekadang. Karena banyaknya air yang dibutuhkan untuk menjaga kelembaban media hidup cacing tanah. Listrik hanya diperlukan sebagai penerangan dan kontrol suhu saja, seperti kipas angin untuk mendinginkan wadah pemeliharaan cacing tanah dan sistem pemanas tambahan untuk kehangatan. Lampu adalah metode yang paling efektif untuk mencegah cacing tanah pergi meninggalkan media hidup mereka.

Wadah Pemeliharaan
Wadah pemeliharaan cacing tanah dapat dibangun dari banyak bahan, termasuk blok kayu, terpal, keranjang buah, bak plastik, beton atau batu bata. Dan perlu di perhatikan jangan menggunakan bahan yang mengandung  aromatik yang dapat mengganggu pertumbuhan dan reproduksi cacing tanah.
Pembudidaya cacing tanah kadang-kadang memilih untuk menggunakan item seperti berikut sebagai wadah pemeliharaan, karena bahan tersebut dapat diperoleh secara gratis atau murah: Bak mandi bekas dari plastik, Keranjang buah bekas, blong bekas penyimpanan ikan, terpal atau kotak dari kayu bekas. Jika salah satu wadah memiliki dasar yang rapat, maka perlu dibuatkan lubangan untuk drainase. Belatung yang dibawa lalat dapat memangsa cacing tanah, jadi jika mereka banyak ditemukan di daerah media hidup atau di wadah pemeliharaan, maka akan diperlukan penutup untuk melindungi media hidup dari serangan lalat.
Lebar yang paling nyaman untuk wadah pemeliharaan cacing tanah adalah 1 meter. Untuk panjangnya, pembudidaya cacing tanah umumnya membangun wadah pemeliharaannya minimal 2 meter. Jika wadah pemeliharaan 2 meter, beberapa pembudidaya ingin memasang pembagi setiap 1,5 sampai 2 meter untuk kemudahan dalam membagi, panen, membersihkan, atau memberikan pakan. Dan pembudidaya lainnya memilih untuk tidak menggunakan pemisah dalam wadah pemeliharaannya.
Untuk kedalaman media hidup cacing tanah seharusnya berkisaran antara 25  sampai 30 cm. Jika terjadi suhu atau iklim yang terlalu dingin atau panas disekitar kandang pelindung, inilah yang menjadi pertimbangan media hidup cacing sedalam 25 sampai 30 cm, dimana suhu tanah di kedalaman itu konstan akan menjaga cacing dari suhu atau iklim dingin dan panas.
Jarak ideal antara wadah pemeliharaan adalah 1 meter. Hal ini memungkinkan ruang untuk mempersiapkan media hidup cacing tanah untuk mengganti media yang lama ke yang baru, pemberian pakan, panen, kontrol media atau membersihkan media dari hama yang menyerang.
Menentukan arah wadah pemeliharaan cacing tanah sangatlah perlu untuk diperhatikan. Jika wadah pemeliharaan di tata memanjang seharusnya di tata pararel dengan angin yang berhembus. Misalnya, jika angin berhembus  Arah memanjang dari tempat tidur cacing tanah dan tempat penampungan dari barat ke timur, maka wadah pemeliharaan harus ditata menjulur arah barat-timur. Hal ini akan mencegah angin yang sangat kuat bagian terbesar dari wadah pemeliharaan dan akan mencegah penutup wadah pemeliharaan yang digunakan agar tidak tertiup angin.
Seperti dijelaskan sebelumnya, dalam kondisi tertentu, cacing tanah memiliki kecenderungan untuk pergi meninggalkan wadah pemeliharaanya. Banyak pembudidaya berusaha untuk mencegah cacing agar tidak bermigrasi atau setidaknya mencoba untuk menangkap kembali sebelum mereka meninggalkan wadah pemeliharaanya atau mati. Dan untuk tidak diabaikan bagi pembudidaya, menyalakan lampu terus sepanjang malam dan pada hari-hari hujan atau berkabut sangat diperlukan. Dalam pembuatan wadah pemeliharaan kalau bisa tingginya melebihi media hidup yang di pakai, setidaknya 5 – 10 cm dari permukaan media hidup cacing tanah. Atau dengan metode yang lainnya, di bawah wadah pemeliharaan di beri alas dari terpal yang berfungsi sebagai untuk mengontrol jika ada cacing yang berusaha meninggalkan wadah pemeliharaannya sehingga mencegah mereka agar tidak cepat untuk menggali kedalam ketanah.
Meskipun media hidup dan wadah pemeliharaan yang paling sering digunakan oleh pembudidaya cacing memilih metode seperti, tumpukan bedeng dan sistem mengapit.
Tumpukan bedeng adalah tumpukan bergaris lurus pada tanah yang media hidup cacing tanah yang panjangnya sampai dengan 3 meter. Pembudidaya menggunakan metode ini bertujuan agar dapat mengontrol media hidup dan cacing tanah secara ekstensif baik dikandang terbuka atau dibawah penutup, tetapi membutuhkan lahan yang begitu luas atau bangunan cukup besar.
Sistem mengapit adalah sistem tumpukan bendeng yang dimodifikasi untuk memaksimalkan tempat yang ada dan mempermudah pemanenan lebih mudah karena tidak perlu untuk memisahkan cacing tanah dari vermikompostingnya. 



TIDAK SEMUA KASCING BISA DI PERGUNAKAN SEBAGAI PUPUK SEGALA TANAMAN


Kotoran cacing (kascing) banyak dipasarkan sebagai sumber organik yang sangat penting bagi tanaman, terutama unsur-unsur utama yang dikandungnya seperti; nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K), juga dikenal sebagai "elemen pupuk." Kotoran cacing (kascing) adalah produk yang dihasilkan dari budidaya cacing tanah, dimana kompos akan di olah menggunakan berbagai jenis cacing tanah yang kemudian lebih dikenal dengan istilah vermikompos. Dalam proses vermikompos, diyakini kandungan kontaminasi dari bahan-bahan kompos berkurang, sementara konsentrasi elemen nutrisi secara drastis meningkat, sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tinggi sebagai pupuk organik untuk elemen nutrisi terpenting tanaman.
Kandungan unsur dari vermikompos mencerminkan materi yang diurai oleh cacing tanah itu sendiri, tingkat konsentrasi nutrisi ditentukan oleh tingkat dekomposisinya. Sangat dipercaya unsur-unsur itu mungkin ada dalam berbagai bentuk di vermikompos, meskipun belum ada sumber literatur yang signifikan telah membuktikan kebenarannya. Fakta bahwa kandungan unsur dari suatu vermikompos akan mencerminkan komposisi unsur dari material kompos yang di gunakan, sehingga kandungan unsur dalam vermikompos tidak ada yang konsisten, semuanya tergantung dari komposisi kompos yang akan dipergunakan dalam vermikompos.
Oleh karena itu, untuk penggunaan bahan untuk vermikompos, akan disarankan untuk mengetahui kandungan unsurnya guna menentukan berapa banyak vermikompos yang diperlukan untuk disediakan, baik semua, atau sebagian dari kebutuhan unsur tanaman ketika digunakan sebagai sumber pupuk. Ini diasumsikan akan terjadi dekomposisi yang cukup untuk melepaskan elemen nutrisi ke dalam pencampuran media dalam bentuk yang cocok untuk penyerapan akar. Karena vermikompos adalah produk akhir dari dekomposisi, mungkin resistensi terhadap dekomposisi merupakan faktor yang juga dapat ditentukan oleh sifat fisik dan kimia dari media yang digunakan.
Semisal kandungan bahan-bahan yang akan didekomposisikan menggunakan 2 jenis spesies cacing tanah dan media yang digunakan pupuk kandang sebagai sumber utamanya, kisaran kandungan unsur untuk 3 elemen pupuk organik yang di hasilkan dalam KASCING adalah:
  • Nitrogen (N) 0,56 - 0,66%
  • Fosfat (P2O5) 0,75 - 1,93%
  • Kalium (K) 0,40 - 2,30%

Ragam kandungan unsur seperti itu akan menimbulkan masalah bagi petani dalam menentukan tingkat aplikasi yang sesuai untuk penggunaan pupuk organik untuk diterapkan pada tanaman.
Berdasarkan data yang terbatas ini, menjelaskan bahwa terdapat sejumlah banyak kandungan unsur dalam vermikompos, oleh karena itu, profil unsur tidak dapat ditentukan karena setiap materi vermikompos akan memiliki profilnya sendiri. Selain itu, metode ekspresi untuk unsur-unsur tidak selalu konsisten untuk unsur P dan K karena mereka dapat diberikan baik sebagai elemen atau bentuk oksida (P2O5 dan K2O). Oleh karena itu kandungan unsur yang akan digunakan sebagai bahan vermikompos yang cocok sebagai sumber gizi untuk tanaman perlu ditentukan di awal sebelum memulai membuat pupuk organik dari cacing tanah.
Dari 3 Unsur N, P K ada kandungan unsur nutrisi tanaman penting lainnya ditentukan, kalsium (Ca, 076-3,36%), magnesium (Mg - 0,21-1,20%), tembaga (Cu - 21 sampai 455 ppm), mangan (Mn - 154 hingga 496 ppm), dan seng. (Zn - 14 hingga 750 ppm), elemen yang sangat bervariasi dalam konsentrasi mereka. Untuk unsur sulfur (S - 0,21 hingga 0,64%), variasi di antara 5 bahan dalam konsentrasi jauh lebih sedikit.

PROSPEK USAHA BUDIDAYA CACING TANAH

Kebanyakan orang bertanya, khususnya calon peternak yang mau terjun ke dunia budidaya cacing tanah, atau peternak yang sudah lama berkecimpung dalam budidaya cacing tanah kemudian akhirnya mereka gulung tikar atau tidak melanjutkan lagi budidayanya dikarenakan beberapa hal diantaranya; mau dikemanakan hasil panennya, bagaimana cara memasarkannya, bahkan ada yang beralasan antara modal yang dikeluarkan dengan hasil panenya tidak sebanding, cacing yang di budidayakan tidak banyak yang berminat dan masih banyak lagi alasan-alasan yang sering muncul dikalangan baik calon maupun pelaku budidaya cacing tanah itu sendiri.
Perlu ditekankan sekali lagi, sebelum terjun dalam budidaya cacing matangkan hati saat memulai usaha ini. Kalau hanya sekedar coba-coba membudidayakan cacing silahkan, asal jangan sekali-kali berangan-angan tinggi sebelum berhasil membudidayakan cacing tanah. Karena sering kita baca artikel di internet bahwa membudidayakan cacing sangatlah mudah dan hasilnya berlipat ganda, semisal kita membudidayakan cacing tanah 1 kg dalam 30-40 hari akan menghasilkan panen cacing tanah 3 sampai 4 kg. Itu semuanya adalah bohong, kecuali kita sudah berpengalaman, tahu bagaimana dan seperti apa pola hidup cacing tanah yang akan dibudidayakan.
Sebenarnya kalau kita berbicara bisnis, seberapa prospek kah peluang usaha budidaya cacing tanah itu? selain cacing sebagai umpan memancing apa saja manfaat cacing tanah itu? terus produk turunan dari budidaya cacing tanah itu apa saja? untuk jelasnya prospek usaha budidaya cacing tanah ini umumnya mengarah pada peternakan dan pertanian. Disektor peternakan; cacing tanah biasanya diolah untuk dijadikan pakan hobi burung berkicau, pakan belut, pakan sidat, pakan unggas, pakan ikan dll. Sedangkan disektor pertanian; kotoran cacing atau yang lebih dikenal dengan istilah kascing sangat cocok dijadikan pupuk organik segala tanaman, mulai tanaman hias di kebun maupun di pot, tanaman buah-buahan, sayur-mayur, palawija, padi dan lain sebagainya. Pupuk organik kascing dewasa ini merupakan pupuk terfavorit dikalangan para petani karena terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kualitas produksi tanaman, karena mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur kimia makro dan kimia mikro yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Melihat prospek seperti ini usaha budidaya cacing tanah sebagai penghasil biomassa cacing tanah sangatlah menjanjikan untuk dijadikan peluang usaha.

PELATIHAN VERMIKOMPOS DUSUN NGANTRU, DESA SEKARAN, KECAMATAN KASIMAN BOJONEGORO

Masih banyak petani dan peternak  belum paham betul tentang integrated farming. Sebagai bukti, masih banyak dijumpai penumpukan kotoran-kotoran hasil ternak di beberapa desa di Daerah Bojonegoro Jawa Timur.
Kotoran sapi yang dihasilkan terkadang dibiarkan menumpuk begitu saja di kandang. Kotoran-kotoran sapi tersebut tidak dipergunakan oleh pemiliknya. Akibatnya, timbul pencemaran udara karena bau dan muncul banyak vektor penyakit seperti lalat, cacing, kutu, caplak, tungau dan lain-lain. 
“Seperti di Dusun Ngantru, Desa Sekaran, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro. Di wilayah ini mayoritas warga memelihara sapi potong sekaligus berkecimpung sebagai petani palawija, tapi sayang sistem pertanian terpadu ini belum diterapkan," ujar Ahmad Khairul Hakim, M.Si Dosen Fakultas Manajemen UINSA Surabaya.
Sistem pertanian yang terintegrasi atau lebih sering disebut integrated farming merupakan sistem yang memadukan sektor pertanian dengan beberapa sektor lain, salah satunya adalah sektor peternakan. Contoh perpaduan ini berupa penggunaan kotoran ternak sebagai pupuk serta menggunakan limbah pertanian sebagai pakan ternak. Mestinya dengan penerapan integrated farming ini akan lebih menguntungkan karena limbah masing-masing sektor dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya.
Untuk itulah beliau lantas memperkenalkan pupuk organik pada masyarakat petani dan peternak. Bersama dengan Timnya, M. Firman M, SE., MM., Saiku Rokhim, M. KKK., dan Dr. Mustafa Hermanto, MM. bekerjasama dengan BALITBANG Provinsi Jawa Timur, memperkenalkan metode pembuatan pupuk organik dari bahan dasar kotoran ternak sapi (Vermikompos). Vermikomposting adalah metode menggunakan cacing sebagai media atau alat untuk menguraikan limbah kotoran ternak sapi, diubah menjadi Pupuk Orgnik kaya nutrisi yang mampu memasok nutrisi yang diperlukan untuk membantu mempertahankan pertumbuhan tanaman. Selain itu, kotoran cacing tanah juga kaya usur hara. Pasalnya, aktivitas cacing tanah mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara N, P, dan K di dalam tanah. Unsur-unsur tersebut merupakan unsur pokok bagi tanaman. Karena menurut para Peneliti cacing tanah dapat meningkatkan kadar K tersedia 19% dan P tersedia 165%.
Keempat dosen UINSA Surabaya sebelumnya mengadakan sosialisasi kepada warga setempat mengenai keunggulan pupuk organik Kascing dan cara pembuatannya. Keempat dosen ini mengadakan penelitian bertujuan untuk memperkenalkan manfaat vermikomposting bagi sektor pertanian, peternakan maupun sektor perekonomian masyarakat Dusun Ngantru, Desa Sekaran, Kecamatan Kasiman, Kabupaten Bojonegoro.
Banyak warga Dusun Ngantru sangat antusias terkait pembuatan pupuk ini. Mereka merasa sangat senang dengan program ini, disamping mampu menghasilkan pupuk, tingkat pencemaran akibat kotoran pun dapat berkurang serta dapat menambah perekonomian warga setempat.

SEBAGAI PENGOLAH SAMPAH DAN PENGHASIL PUPUK (KASCING)

Banyak Negara yang menggunakan cacing tanah sebagai media pengolah sampah. Cacing tanah mempunyai kemampuan yang cukup besar dan cukup mengagumkan untuk memusnahkan bahan organik. Namun hanya limbah organik yang dapat diolah cacing tanah menjadi kompos. Limbah yang tidak dapat diurai adalah yang mengandung garam dapur, detergen atau insektisida. Limbah seperti plastik, besi, logam, kaca, dan karet juga bisa diuraikan oleh cacing.
Bahan organik merupakan sumber makanan utama bagi cacing tanah. Setelah bahan organik dimakan maka dihasilkan pupuk organik. Pupuk organik tersebut lebih dikenal sebagai kascing (bekas cacing). 1 kg cacing dapat mengolah 1 kg sampah dapur dan menghasilkan kascing 0,5 kg setiap harinya. Sistem pencernaan cacing tanah berisi berbagai enzim yang mampu mengurai sampah bahkan dapat menetralisir zat-zat beracun. 
Kascing mengandung berbagai bahan atau komponen yang bersifat biologis maupun kimiawi yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Kandungan mikroorganik kascing 3-4 kali lebih tinggi dibanding pupuk kandang biasa. Pada dasarnya proses pengomposan merupakan kerja sama cacing dengan mikroorganisme lain. Mikroorganisme menguraikan hasil samping cacing tanah sehingga kerja mikroorganisme lebih efektif dan cepat. 

NO
PARAMETER
KASCING
KOMPOS
1.
C. Organik
20,69%
25,04%
2.
pH (H2O)
6,8
6
3.
N total
1,90%
1,19%
4.
P tersedia
33,54 ppm
-
5.
P total
61,42 ppm
-
6.
Ca
30,00 (me/100g)
10,75 (me/100g)
7.
Mg
15,23 (me/100g)
3,13 (me/100g)
8.
K
10,31 (me/100g)
7,26 (me/100g)
9.
Na
2,42 (me/100g)
5,30 (me/100g)
10.
Kapasitas Tukar Kation
68,95 (me/100g)
35,50 (me/100g)
11.
Kejenuhan basa
84,00 %
74,48 %
Tabel perbandingan unsur hara dalam kascing dan kompos